Catatan aksi 212
Segini banyak orang, datang dari mana mana... dengan latar belakang sangat beragam.... berbagai suku... coba seandainya semua mengenakan pakaian adat masing-masing... bukankah lebih meriah... penuh warna... indah dipandang... penuh ke-ria-an... terlihat bhinekanya... akan menuai puji dan puja... jutaan rakyat ini kan datang dari penjuru pelosok negeri... mungkin akan menjadi parade kebhinekaan terbesar dalam sejarah... wuih luar biasa... seandainya... tapi kenapa...
Sebentar dulu... harus hati hati... jangan sampai terbutakan oleh arogansi intelektual perspektif barat yang lebih duniawi. Karena agama ini unik, memiliki pondasi kokoh yang tidak pernah berhasil di-barat-kan. Dikatakan bahwa secara historis Islam terbukti selalu tahan terhadap gempuran sekularisasi hingga kini dan kurasa hingga nanti. Sehingga memandang orang orang yang bergerak berkumpul karena iman tidak dapat disamakan dengan karena alasan lain yang lebih bersifat fana. Untuk itu perspektif berfikir haruslah bijak. Kalau tidak, akan mengalami kesulitan untuk dapat mencapai pemahaman. Karena melalui sudut pandang sekuler akan menganggap tidak rasional bahwa ada orang melakukan sesuatu dengan alasan surga, namun jika dilihat dari sudut pandang yang beriman apa yang bisa lebih rasional dari pada menginginkan surga yang kekal? Kurasa lautan putih ini menjadi simbol untuk menandai niat bersih atas tindakan karena iman.
Bak sinar mentari... Memang patut disyukuri bhinekanya warna pelangi yang indah meski sebentar... hanya jangan dilupakan bahwa manunggal putih bersihnya yang memberi energi keseluruh bumi tanpa henti... Disini aku merasakan makna Bhineka Tunggal Ika yang mengejawantah melampaui slogan... kurasa bangsa ini perlu belajar dari Islam, karena pada hakekatnya sudah lama manifestasi diberbagai belahan dunia bahkan jauh dari sebelum slogan ini lahir...
(Ghonjess)