see the world

see the world

09 Januari 2008

Dinginnya Tahun Baru

tanpa terompet... asap kendaraan... konvoi deru mesin.... dan kembang api....

hanya riuh dahan-dahan gemeretak bersama gemuruh angin

kabut dingin menerpa wajah menusuk tulang

cahaya-cahaya senter berpendar menabrak kabut tebal

barisan beransel menapak menurun mendaki

bergerak bersama waktu melalui batas tahun

Selamat tahun baru 2008

Memang ada sedikit keraguan ketika kuputuskan untuk berangkat, karena ada beberapa telepon dan sms yang mengajak tahun baruan bareng, dari pak RT, teman kerja, teman sekolah, juga teman-teman lama seminggu sebelumnya. Aku memutuskan pergi sendirian menyusul adik-adikku di club Pecinta Alam kampus yang sudah berangkat tadi malam ke gunung Salak. Sempat ada keraguan untuk naik sendirian, ragu karena informasi keberadan mereka tidak jelas.... ada kemungkinan tidak bertemu rombongan.... entah kenapa aku buang semua keraguanku, Senin pagi kubersihkan ransel berdebu yang kuambil dari dalam peti, juga senter dan peralatan standar lainnya yang ternyata sudah tidak banyak tersisa. Kutemukan Victorinox dan karabiner kecil kong-bonaiti yang saling terkait dengan tali prusik, juga jaket anorak warna merah kebanggaan yang kumiliki sejak tahun 93. Tak lupa kubawa rain coat yang kutemukan dalam lemari mengingat saat sedang berada di puncaknya musim hujan bulan Desember. Beruntung aku sudah punya Aigle shoes mountain ringan bersol vibram yang pakem di jalan tanah, sangat membantu kalau lagi musim hujan begini. Maklumlah... aku sudah cukup lama tidak melakukan hal yang dulu paling ku gandrungi...

Masih pagi ketika sampai di kampung Tapos, kampung kecil yang sudah cukup lama kukenal. Setelah menyapa, permisi, dan berbincang ringan dengan beberapa orang aku langsung melanjutkan perjalananku. Hujan rintik-rintik mulai terasa ketika batas kampung mulai kutinggalkan. Jalan setapak di antara petak-petak kebun sayuran terasa semakin terjal mendaki, sesekali kupandang kebelakang tampak kampung sudah jauh di bawah. Diujung punggungan aku berhenti, jalan bercabang masing-masing ke arah dua punggungan yang berbeda. Aku berhenti sebentar, karena tidak tahu dipunggungan mana arah teman-teman semalam, sekalian mengeluarkan rain coat karena hujan semakin deras.

Aku mulai menjajaki jalur kanan beberapa saat.... kemudian melambung kepunggungan sebelah kiri, ku coba untuk orientasi medan. Hujan semakin deras bersama angin kencang yang membelokkan arah jatuhnya air. Air mengalir dari balik rambut menelusuri tengkuk menyelinap ke punggung membasahi kaos di balik raincoat. Aku rasakan kenikmatan yang sudah lama tidak kurasakan, membiarkan tetes demi tetes air hujan menghujam kewajah... membasuh semua kepenatan di otakku.... angin yang semakin keras membuat jejaran pohon menjadi hidup, menari berputar-putar bersinggungan satu dengan yang lain.... memaksaku untuk berhenti dan menghindar disebuah batu di ujung punggungan yang lebih terbuka di pinggir kebun nanas.... kuhindari resiko tertimpa dahan yang patah. Dari situ kupandang kampung yang terlihat kelabu tersamarkan gelapnya langit dan derasnya hujan... entah kenapa... aku merasakan kedamaian....

Lama kupandang kampung dibawahku .... ditengah guyuran air hujan sambil kukupas nanas dengan victorinox yang sudah lama tak kugunakan. ya... lebih dari sepuluh tahun lalu aku sempat meragukan apakah bibit nanas akan membantu menyelesaikan masalah dan benar-benar akan ditanam oleh mereka. waktu itu hari jum'at aku diundang pertemuan kampung, pertemuan dimulai setelah jum’at-an dan berakhir menjelang magrib. Mereka mengutarakan hasil obrolan mereka.... yang menurutku keputusan yang sederhana mengingat lama pertemuan yang dilakukan.... ”kami butuh duit 2 juta untuk sewa truk dan beli bibit nanas...” ucap wakil mereka mantap. Sekarang... sepuluh tahun kemudian, bersama dingin yang kurasakan aku dapat melihat hasil dari keputusan yang brilian dari para mereka yang sering diremehkan... sering dianggap bodoh... sering dianggap terbelakang.... dan sering dipinggirkan.

Ah… kulanjutkan perjalanan….. mendaki setapak demi setapak....


Ghonjess

Tidak ada komentar:

Posting Komentar