see the world

see the world

18 Juni 2008

di balik gambar lucu

Hutan, buldozer, tanah gundul dan gersang, pabrik di kejauhan-langit gelap, manusia bercawat bergelantungan di liana”.

Struktur.... terlihat adanya garis yang tegas antara bagian kiri dan bagian kanan gambar (dari arah pembaca). Bagian kiri digambarkan hutan (ada pohon), sejuk, asri, menyiratkan ketenangan dan keharmonisan, sedangkan di bagian kanan digambarkan industri, polusi, panas, gersang, gundul (tidak ada pohon), lebih bersifat menakutkan. Gambar tersebut merefleksikan adanya struktur ”oposisi biner” di mana ada dua kutub yang kontras antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur seperti ini hanya menyediakan dua pilihan tanpa memberikan ruang bagi pilihan lain selain dari kedua kutub yang saling beroposisi tersebut. Mengingatkan-ku akan slogan Amerika ....Kalau bukan kawan, sudah pasti musuh.. dulu pada era perang dingin (Cold War). Tentu akan menjadi berbeda kalau ditampilkan gambar kampung, kebun atau ladang masyarakat ..dsb..

Relasi..... Buldozer mengarah ke hutan, ingin menunjukan adanya proses gerak dari kanan ke kiri, bagian kanan dulunya seperti bagian kiri. Dari hutan ke tanah gersang dan gundul. Dari ada pohon ke tidak ada pohon. Dari sejuk ke panas. Dari ketenangan ke menakutkan.

Nuansa proses tersebut didukung oleh kalimat pendek (scientific claim) di bagian bawah gambar dengan menekankan dimensi waktu yang mengarah kepada ’kesegeraan’ akan perhatian.. Dengan komposisi tampilan bagian kanan yang menstimulasi sensasi sensorik pembaca kearah negatif (buruk), pembaca digiring untuk memberikan intensi pada kutub sebaliknya ..positif (baik).. yaitu hutan. Disini hutan digambarkan sejuk, harmonis, tenang seolah-olah ’pristine’ ’untouched’ ’hutan perawan’ tanpa konflik, dengan kata lain menegasikan keberadaan manusia dan aktivitas di dalamnya.

Moral.... begitu sulitkah untuk menggambarkan adanya manusia di hutan yang memiliki ’adab’ dari sekedar manusia bercawat (liar? Tarzan?) yang bergelantungan di liana. mengingatkanku kepada stereotipes kolonial terhadap masyarakat setempat seperti “the savage; the primitive; the tribal; the traditional” yang sudah selayaknya untuk ditinggalkan.

Mungkin karena gambar (selain angka-angka) lebih mudah menyentuh sensasi sensorik manusia sehingga sering dijadikan media bagi transfer nilai-nilai tertentu yang dapat merubah cara berfikir pembacanya. Dan karena itu pula sering dipilih menjadi alat dalam kampanye atau propaganda yang bertujuan untuk memperoleh dukungan yang lebih besar (bukan hanya dana).

So….dari gambar tersebut yang merupakan hasil dari produksi manusia, kita dapat mencoba untuk memahami ”The deep structure of mind” yang terkandung di dalamnya.


Ghonjess

Tidak ada komentar:

Posting Komentar