see the world

see the world

16 Juni 2008

Illegal Planting Yes

Langit tampak biru... kontras dengan tegakkan pohon pinus sebagai bingkai hitam dilatar depan. Sementara sebelah bawah bagian kiri belakang terlihat aliran sungai Ciapus dengan tebing yang dalam dihiasi pola coak-coak goa bekas para penambang pasir. Diantara dua batang pohon yang cukup besar terbentang dua tali secara horisontal. Secara bergantian para mahasiswa mencoba naik keatas, menyeberang dan turun bergantungan dengan harness dan carmantel dinamis bagai sesosok bayangan dinunia persilatan yang lagi meniti perlahan diatas tali yang terbentang. Keriangan tampak memancar dari mahasiswa tingkat satu tersebut ketika melakukan kegiatan outdoor selepas kegiatan rutin di kampus. Ini ternyata hanyalah salah satu pos yang merupakan pos terakhir setelah mereka melalui beberapa pos yang dimulai dari seberang sungai Ciapus. Mereka melakukan suatu kegiatan dalam rangkaian peringatan hari bumi yang diakhiri dengan acara penanaman sekian ratus pohon dilokasi tersebut. Lokasi yang dipilih adalah lokasi terbuka dipinggir kampung bekas lahan perhutani yang kini telah menjadi lahan Taman Nasional.

Memang sejak diselenggarakannya acara oleh UNFCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) di Bali Desember tahun lalu, menanam pohon menjadi lebih trend. Tampaknya kampanye tingkat tinggi yang dibintangi Al Gore menuai hasil. Banyak kegiatan yang berjudul menanam pohon ditulis di koran – koran. Berita para elit pemerintah yang mendadak jadi penanam pohon banyak yang muncul di media. Ada yang menanam di pinggir jalan tol, ada yang menanam di bandara soekarno-Hatta, hingga ada departemen yang membuat program nasional Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon. Pendek kata banyak para elit yang mendadak menanam pohon dengan tidak pernah lupa menghadirkan wartawan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari acara-acara yang dilakukan. Tidak ketinggalan juga para NGO, tidak pernah menanam pohon tapi sering ngomongin deforestasi, ceramah sana sini layaknya ahli klimatologi, kampanye minta orang merubah perilaku karena katanya tidak enviromental friendly, tampak jelas termakan dogma kampanye global yang bekerja melalui mass media, sistem pendidikan, pendanaan internasional dan pemerintah yang membebek.

Motivasi tentu menjadi sesuatu yang bisa ditanyakan secara kritis dari apa yang para elit lakukan, jangan sampai sekedar popularitas ’green’ yang akan dikejar sambil cari peluang dapat uang langsung atau melalui akses ke dana-dana internasional yang memang menggiurkan. Atau memang sekedar latah yang memang menjadi ciri dari negeri yang tidak memiliki titik pijak yang kuat, sehingga gampang dikendalikan dan dikontrol oleh konstruksi wacana global. Apalagi untuk itu sudah ada sistem pendanaan dan sitem legalitas internasional yang melindungi. Jadilah..... mereka yang sejatinya bukan ahli menanam pohon dan merawat pohon mendadak banyak bicara atau pingin terlihat seperti yang paling berjasa dalam urusan pohon. Topeng.... topeng.... topeng......

Karena para penanam pohon sejati adalah para petani dan masyarakat di desa-desa yang tau persis kenapa mereka menanam pohon sebagai bagian dari kehidupan mereka. Tanpa wartawan yang meliput, tidak mencari popularitas, tidak pamer atau mengiklankan dari setiap pohon yang mereka tanam, apalagi berambisi meraih akses dana internasional. Mereka tau persis cara menanam dan cara memelihara pohon hingga cara memanfaatkannya dengan sistem nilai mereka sendiri, jauh dari segala bentuk seremonial yang hanya bersifat simbolik semata. Pendek kata penanam pohon sejati bukanlah para elit bangsa baik aparat pemerintah, politikus maupun para NGO yang suka pamer dan haus popularitas itu.

Bagaimana dengan para mahasiswa tersebut.... mereka menanam pohon meskipun tidak tekun memeliharanya, tidak ada wartawan dan popularitas, tidak ada hubungan dengan dana internasional, jauh dari popularitas dan bukan NGO?... apa sekedar menjadi outlet kepenatan tekanan pendisiplinan yang diperoleh di kampus atau di asrama sembari memperoleh nilai positif diantara teman karena menjadi bagian penyelamat bumi? Memang sebuah artikulasi yang menarik....

Diakhir acara ketua pelaksana justru dimarahin pihak Taman Nasional sebagai tuan tanah di tempat mereka menanam pohon. Beruntung ada ketua kelompok tani yang membela ”biar aja pak.. mereka-kan bantu masyarakat” ujarnya. Sambil ngeloyor pergi sang ketua berucap ”Illegal logging NO, Illegal Planting YES”....


Ghonjess

Tidak ada komentar:

Posting Komentar