see the world

see the world

09 Juni 2008

Jumpa Penggemar (pencela?)

Jum’at malam biasanya kedai Telapak dipenuhi oleh pengunjung yang mampir karena mungkin sedang menunggu sanak saudara yang turun dari bus Damri atau mereka yang sekedar janjian sama teman sebelum ngadem bareng di Botani Square. Kadang ramai juga oleh mereka yang suka mencari hot spot gratisan dengan dandanan layaknya eksekutif muda atau gaya gaul anak masa kini yang hobi melototin screen laptop keluaran terbarunya. Tapi malam itu (30 Mei 2008) tampak berbeda. Mereka tidak terlihat... Mungkin mereka sudah datang dan kemudian pergi karena bangku-bangku yang ada sudah ditongkrongin karton segitiga bertuliskan reserved sebagai pertanda tempat tersebut sudah dipesan. keliatannya ada acara penting sampai sang manajer merelakan mengecewakan para langganan tetapnya. Atau mungkin kedai dibayar mahal untuk acara yang akan dilakukan.....? Siapa orang-orang yang mau kumpul....dalam rangka apa...? Jangan-jangan persiapan besoknya 1 Juni untuk ritual kesaktian Pancasila yang sampai sekarang belum juga sakti mandra guna, atau rencana buat aksi yang sekarang lagi ngetrend... kenaikan BBM....? atau ada diskusi soal sumberdaya alam.... ? Atau diskusi serius tentang penyelamatan bumi (satria baja hitam kalee..) karena konon katanya langit sudah mau runtuh...

Lihat saja yang hadir.... orang-orang penting semua...... ada seorang akademisi yang sudah kondang dengan segala sepak terjangnya dalam isu sumberdaya alam, namanya tertulis dibuku Hutan Kaya, Rakyat Melarat (Rich Forests, Poor People)-nya Nancy Lee Peluso; ada seorang aktivis yang terkenal akan kegigihannya memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat, baru pulang ketanah air setelah ketemu Juan Evo Morales Ayma presiden Bolivia; ada seorang antropolog muda yang lagi nyantri di negeri Paman Sam, muridnya penulis buku Wild Profusion Celia Lowe; Ada lagi orang partai yang mengkonsep pidatonya Megawati, yang membuat Mega di calonkan lagi jadi presiden oleh partainya. Ada pengusaha muda di perusahaan otomotif terbesar di Indonesia. Ada forest campaigner greenpeace yang didampingi sang guru berambut putih disampingnya, meskipun yang diajarkan sang guru tentang ekologi, bukan gimana borgol tangan ke pintu atau gimana ngasepin dan ngelumpurin instansi pemerintah; ada beberapa aktivis LSM; dan ada banyak mahasiswi yang cantik-cantik dan mahasiwa yang sangar-sangar... itu cuma beberapa dari semua yang hadir, karena ternyata hadir juga seorang Pecinta Alam gaib, level lebih lanjut dari seorang Pecinta Alam .

Tampaknya serius banget ini acara...

Setelah di jelasin oleh yang punya gawe, ternyata orang-orang penting ini punya keinginan yang sama, yaitu jumpa sama idola mereka. Seorang tokoh yang melegenda karena dedikasinya. ”dia melegenda karena loyalitasnya kepada Lawalata”, ucap mantan aktivis mahasiswa 80-an yang dulu sering mondar-mandir diruang senat. Itu terbukti pada saat sang idola berbicara ”dalam bekerja saya tidak pernah pakai ilmu Kehutanan yang di ajarkan di kampus, tapi ilmu Lawalata” ucapnya tegas, yang diamini oleh beberapa orang melalui cerita pengalaman mereka ketika ada gawe Sulawesi Tengah.

Berbeda dengan acara jumpa penggemar pada umumnya yang di ramaikan dengan acara minta tanda tangan dan poto bersama, acara ini keliatan lebih seperti pertemuan keluarga besar. Yang hadir terlihat pada ketawa terbahak-bahak karena bisa mencela sang idola.... sang idola pun terpingkal-pingkal. Begitu juga dengan yang lain, saling mencela dan mentertawakan satu sama lain.... selalu terdengar tawa lepas bahagia kalau ada yang bisa dicela.... dan yang tercela pun terlihat tertawa tulus penuh kebahagian... sungguh orang-orang yang aneh..... ”gua kalo udah tua caur begini gak ya...” tanya seorang mahasiswi anggota ekspedisi putri Rinjani dalam pertanyaan yang imajinatif. Dalam hatiku ”sekali menjadi anggota Lawalata.... akan tetap menjadi Lawalata.... Cauuur...” Namanya aja Lawalata... Lawak Lagu dan Tari.... he.. he..he..

Tak terasa hari semakin larut, orang-orang pada saling berpamitan. Mungkin lelah diakhir minggu setelah sekian hari tenggelam dalam rutinitas kerja. Sang manajer kedai terlihat terbaring di sofa dalam kantor Telapak yang gelap. Entah apa yang dipikirkannya, mungkin bahagia karena bertemu keluarga besarnya, atau sedih karena yang datang banyak... nongkrongnya lama... tapi pesanan makanannya dikit..... he.. he.. he...

Ghonjess

Tidak ada komentar:

Posting Komentar